Asep (23), pemuda desa yang lugu namun over pede, tertantang untuk mencari pekerjaan layak, demi menikahi kekasih tercintanya, Lilis (22). Sebab, abahnya Lilis, Abah Dading (50), tak pernah setuju putri semata wayangnya berhubungan dengan Asep lantaran Asep kerjanya cuman mengembala kebodan ngebajak sawah orang. Abah Dading menginginkan Lilis menikah dengan anak kuliahan yang diyakini bermasa depan cerah.
Demi membuktikan dirinya mampu menjadi orang sukses dan kaya raya, Asep memutuskan pergi ke kota besar. Setiba di kota, Asep tinggal di rumah kontrakan bersama Kubil, Bonar, dan Wanda. Asep melakukan gerak cepat dengan mengajukan lamaran kerja ke berbagai perusahaan berbekal ijazah SMA-nya. Bingung dan putus asa mulai melanda Asep. Apalagi Asep mendapat kabar bahwa abahnya Lilis sudah menemukan pria kaya raya buat pendamping hidupnya. Karena Lilis pun tidak ingin kehilangan Asep akhirnya Lilis mendesak Asep cepat mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena, Lilis telah buat kesepakatan dengan abah bahwa jika dalam jangka waktu 3 bulan Asep belum juga mendapat pekerjaan, Lilis bersedia melepaskan Asep dan menerima lamaran pria pilihan abahnya.
Sementara itu Asep belum juga mendapatkan pekerjaan dan kebingungan akhirnya Bonar dan Kubil menyuruh Asep konsultasi sama dukun. Si Dukun pun menyarankan Asep nyepi di sebuah pohon trembesi (pohon beringin) yang diyakini keramat. Dukun juga memberikan catatan mantra yang harus dibaca selama nyepi di pohon trembesi keramat itu. Dukun juga mengingatkan agar sesajen yang dibawa harus lengkap tanpa kurang satu apapun
Setelah melakukan nyepi di pohon trembesi keramat, kejadian-kejadian aneh dan konyol pun mengganggu Asep. Entah mengapa, Asep kerap disantroni penampakkan berupa pocong ngesot. Dan bukan cuman Asep, Kubil, Bonar, Wanda, Devina dan Pretty juga diganggu penampakkan pocong ngesot. Kekacauan pun tak terelakkan. Pekerjaan yang diharapkan Asep segera diperolehnya setelah menjalani tapa sepi di pohon trembesi, juga tak kunjung ada. Malah, Asep kini ketiban sial terus. Tak hanya itu, setiap datang akan ngelamar ke perusahaan, Asep diusir tanpa sebab yang jelas.
Asep menyesal nyepi di pohon trembesi keramat itu. Seandainya Asep berpikir dulu sebelum bertindak. Yah, seandainya. Wajah Lilis pun seakan memudar dari bayangannya. Apapun yang dilakukan semata karena Asep takut kehilangan cintanya, Lilis. Berniat mendapatkan nasib baik, malah musibah yang datang. Asep dan teman-temannya pun memikirkan cara agar terbebas dari gangguan pocong ngesot, tuyul, dan wewe gombel. Berhasilkah mereka? dan cara apa lagi yang akan dilakukan mereka?
0 komentar:
Posting Komentar