Suatu hari, Guru Shie memanggil mereka dan berkata,”Besok, kalian berdua harus memberikan aku secawan penuh air embun, siapa yang lebih cepat mendapatkannya, beruntunglah dia. Embun itu akan kuubah menjadi pemata, yang bisa mengabulkan permintaan apapun”.
Mekhla adan Ramasaur tertegun, Ramasaur membayangkan ia akan meminta harta dan kemewahan sehingga ia akan menjadi orang terkaya di negeri. Namum Mekhala malah berpikir keras, mendapatkan secawan air embun tentu tidak mudah, gumam Mekhala di dalam hati.
Keesokan harinya, pagi-pagi kedua murid itu telah berada di hutan. Ramasaur dengan ceroboh mencabuti rumput dan tanaman kecil lainnya. Tetapi hasilnya sangat mengecewakan karena air embun selalu tumpah sebelum dituang ke cawan.
Sebaliknya, Mekhala dengan hati-hati menyerap embun dengan sehelai kain lunal. Perlahan diperasnya lalu dimasukkan ke dalam cawan. Hasilnya sangat menggembirakan, tak lama kemudian, Mekhala segera menemui Guru Shie dan memberikan hasil pekerjaannya.
Guru Shie menerimanya dengan gembira, Mekhala memang murid yang cerdik dan seperti janjinya, Guru Shie mengubah embun itu menjadi sebuah permata sebesar ibu jari.
“Jika kau menginginkan sesuatu, angkatlah permata ini sejajar dengan keningmu, lalu ucapkan keinginanmu,” ujar Guru Shie.
Mekhala mengajarkan apa yang diajarkan oleh gurunya lalu menyebut keinginannya. Dalam sekejap mata, Mekhala telah berada di langit biru, melayang-layang seperti Rajawali, indah sekali.
Sementara itu, baru pada senja hari Ramasaur berhasil mendapatkan secawan embun dan hasilnya tidak sejernih yang didapat Mekhala. Tergopoh-gopoh, Ramasaur menyerahkan hasil pekerjaannya.
”Meskipun kalah cepat dari Mekhala, kau akan tetap mendapat hadiah atas jerih payahmu,” kata Guru Shie sambil menyerahkan sebuah kapak sakti.
Kapak itu terbuat dari perak, digunakan untuk membela diri bila dalam bahaya. Bila kapak itu dilemparkan ke sasaran, gunung pun bisa hancur. Ternyata Rasanaur menyalah gunakan hadiah itu. Ia merasa iri melihat Mekhala yang bisa melayang-layang di angkasa.
Rasanaur segera melemparkan kapak itu kea rah Mekhala. Mengetahui ada bahaya yang mengancam, ia menangkis kapak itu dengan permatanya. Akibatnya, terjadilah benturan dahsyat dan cahaya yang sangat menyilaukan. Benturan it uterus terjadi hingga saat ini berupa gelegar yang memekakkan telinga dan orang-orang menyebutnya Guntur

*.:。✿ Don't forget to come back again ✿.。.:*
Salam Playwebstar

*.:。✿ Don't forget to come back again ✿.。.:*
0 komentar:
Posting Komentar